dalam kelamnya langit perak
kelam ini semakin menyudutkanku
sendiri tersesok memunguti langkah
yang tak pernah usai
terkadang lelah menerpa hati
tak sanggup
apa pantas kata itu terucap?
dalam sunyi ku kembali mengadu
di langit perak tak tampak lagi
bayang rembulan yang selalu melambai
ku semakin tersudutkan kelam
dimana harus kudapatkan lagi?
sulutanku yang dulu menyala-nyala
laksana sulutan yang berkobar di langit timur
langkahku telah goyah
merobohkan dinding 4x4
yang setia menemaniku
dan kini apa yang tealah kulakukan pada
semua?
bahkan kini ku takdapat mendengar suara merdu dinding 4x4
mungkinkah tealah kecewa padaku?
yang telah biarkan sulutan ini padam
menjerit, melangkah, dan tersesok
bahkan fajar telah mendahului
langkahku yang sempoyong
memang bulan yang selalu menemaniku
tapi kini....
bulan enggan bernyanyi untukku
sedang bayangkupun enggan menemani
langkah yang tersesok
dan luka itu semakin menganga
tak kunjung kering
dalam kelam aku hanya mengadu pada langit
yang terasa tak perak lagi...
soe-shinee
Minggu, 30 Juni 2013
Minggu, 26 Mei 2013
dalam kelam
kelam ini semakin menyudutkanku, tak ada bayang
sendiri tesesok, memunguti langkah yang tak pernah usai
terkadang lelah menerpa hati ini
tak sanggup..
apa pantas kata itu ku ucapkan?
dalam sunyi ku kembali mengadu
dilangit perak tak tampak lagi bayang rembulan yang selalu melambai
ku semakin tersedutkan kelam
di manakah harus kudapatkan lagi sulutanku yang dulu menyala-nyala
laksana sulutan yang berkobar dilangit timur
langkahku telah goyah merobohkan dinding 4 X 4 yang setia menemaniku
dan kini apa yang telah ku lakukan pada semua
bahkan kini ku tak dapat lagi mendengar suara merdu dinding 4 X 4
mungkinkah telah kecewa pada ku
yang telah biarkan sulutanku redup
menjerit, merangkah dan tersesok
bahkan fajar telah mendahului langkahku
memang bulan yang selalu menemaniku
tapi kini bulanpun enggan nyanyikan lagu untuk ku
sedangakan bayangankupun tak ingin menemani langkah ku yang tersesok
dan luka menganga yang tak kunjung kering
dalam kelam aku mengadu
kelam ini semakin menyudutkanku, tak ada bayang
sendiri tesesok, memunguti langkah yang tak pernah usai
terkadang lelah menerpa hati ini
tak sanggup..
apa pantas kata itu ku ucapkan?
dalam sunyi ku kembali mengadu
dilangit perak tak tampak lagi bayang rembulan yang selalu melambai
ku semakin tersedutkan kelam
di manakah harus kudapatkan lagi sulutanku yang dulu menyala-nyala
laksana sulutan yang berkobar dilangit timur
langkahku telah goyah merobohkan dinding 4 X 4 yang setia menemaniku
dan kini apa yang telah ku lakukan pada semua
bahkan kini ku tak dapat lagi mendengar suara merdu dinding 4 X 4
mungkinkah telah kecewa pada ku
yang telah biarkan sulutanku redup
menjerit, merangkah dan tersesok
bahkan fajar telah mendahului langkahku
memang bulan yang selalu menemaniku
tapi kini bulanpun enggan nyanyikan lagu untuk ku
sedangakan bayangankupun tak ingin menemani langkah ku yang tersesok
dan luka menganga yang tak kunjung kering
dalam kelam aku mengadu
Rabu, 10 April 2013
prosa
Jembatan itu
Hujan
turun amat deras pagi ini hana menakrik kembali selimutnya, melanjutkan
lagi mimpi-mimpi indah yang sedang
membuainya walupun dari tadi suara adzan telah bergema di seluruh pelosok
negri. Kring…..kring…..kring…. suara itu mengagetkannya membuat ia harus
menyudahi mimpi-mimpinya. Dengan langkah sempoyongan hana mengambil handuk dan
melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Beberapa kemudian ia selesai dari kamar
mandi dan kemudian mengambil mukenanya untuk sholat subuh.
Hmmmm….
Hari ini kuliah sampai sore gumamnya dalam hati…semangat..semangat, kemudian ia
meraih tasnya dan memasukan buku-bukunya, kemudian ia bergegas untuk ke kampus.
Ketika ia sampai di kelas ternyata belum ada siapa-siapa. Hana mengeluarka
sebuah buku berwarna dengan motif hati, mengambil sebuah pulpen dan membuka
lembaran, ia menulis di buku itu
Dear diary..
Hujan turun rintik-rintink mengantarkanku pada resah
tak bertepi
Apa yang akan ku lakukan hingga resah ini kan
berakhir
Aku terkenang lagi dengannya disetiap sudut hati ini
Kau yang disana apakah bisa mendengarkan bisikan
hati ini
Dengarlah..
Pagi
han! Sebuah suara mengagetkannya,” sedang apa’?” Pagi-pagi kok melamun”?
Pertanyaan itu membuatnya kaget. Dengan segera ia menyimpan buku biru bermotif
hati kedalam tasnya. Dengan tergagap dia menjawab”hai pagi eng….lagi galau
nih..hahaha..dia tertawa masam. Pagi-pagi kok galau kata nadia.
Hana
adalah seorang mahasiwi jurusan bahasa dan satra Indonesia di sebuah
universitas di bandung, sekarang ia menduduki semester lima, ia mempunyai
seorang pacar yang bernama yudi. Akhir-akhir ini yudi sikapnya berubah pada
hana, tidak seperti ketika pertama kali mereka jadain dulu. Hana dan yudi telah
menjalin hubungan pacaran selama dua tahun dan hari ini adalah hari dimana
meraka genap dua tahun berpacran.
Siang
begitu terik sampai-sampai baju yang di kenakan hana basah oleh keringatnya.
Setelah selesai sholat dzuhur ia membeli sebotol minuman dingin sebagai pelapas
dahaganya. Ia kemudian mengambil teleopn genggam dalam saku celananya. Ah..
desahnya kenapa yudi tak mengirim pesan apapun hari ini, padahal hri ini kan
hari jadian mereka gumamnya dalam hati.
Jam
kuliah siang hana tak konsentrasi lagi pada apa yang diterangkan oleh dosen di
depan kelas, pikiranya melalang buana, jiwanya memeng ada di dalam kelas kuliahnya
tapi rohnya telah melayang. Melayang mencari dimana keberadaan yudi, kekasih
yang amat ia sayangi. Hana bimbang dan ragu di dalam pikirannya banyak sekali
masalah yang tengah berkecamuk, ia bingung atas perubahan sikap yudi yang kurang mempedulikannya, dia sok sibuk pikir
hana. Pesan singkat yang dikirim hana tadi pagipun tak kunjung dibalas oleh
yudi.
Sampai
pelajaran usaipun hana masih melongo dan pikiranya tak menentu. Selesai kelas
ia tak lantas pulang kerumahnya, hana duduk dibawah pohon rindang dan mengeluarka
telepon genggamnya.
Ps: yud.. kamu dimana? Aku masih dikampus jemput aku
ya.. ini hari pentingkan buat kita, apa kamu tidak ingat?
Telepon
genggam itu seperti tahu perasaan resah yang dialami hana saat itu, dan berdering.,
betapa girangnya hati hana ternyata orang yang diharapkan membalas pesan
singkatnya
Ps: ya han..nanti
aku jemput kamu, kamu tunggu ya sebentar lagi aku kesana.. aku sedang sibuk,
ada acara dikampus dengan teman-teman.
Hana
merasa lega, ternyata yudi mau menjemputnya. Dua jam berlalu, tapi yudi yang
dinanti hana belum juga datang.Ia kembali mengirim pesan singkat pada yudi.
Ps: yud kamu dimana masih ada urusan ya? Jadikan
kamu jemput aku, ada yang akan ku sampaikan padamu.
Trttrrttrrtrr……telepon
genggam itu bergetar
Ps: ya sebentar lagi
Ya
aku akan tetap menunggu sampai kau akan datang menjemputku, karena aku merasa
bahagia hari ini, bisiknya dalam hati. Lama sekali rasanya hana menunggu,
dengan hati tak sabar ia kembali mengirim pesan singkat.
Ps: yud masih lama, sebentar lagi magrib, kamu di
mana?
Tak
ada balasan dari pesan singkatnya. Hening, hana sendiri menunggu dan tetap
menunggu kedatangan yudi untuk menjemputnya. Huh..lama sekai desahnya sambil
berdiri, tiba-tiba buugg…..telepon hana jatuh ke tanah, bateraynya lepas..
“aduh kenapa
jatuh segala”!! gerutu hana..
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
atau berada di luar jangkauan di seberang sana operator menjawab
panggilan yudi untuk hana.
“kemana
hana, dihubungi nomorrnya ngak aktif“…ah,
hati yudi kesal lalu ia mematikan telepon genggamnya.
Mungkin hana
sudah pulang pikirnya, mana mungkin dia mau menungguku selama itu, pikirnya.
Sementara
itu hana sedang berusaha memasangkan kembali baterai telepon
genggamnya.”akhirnya selesai juga” gumamnya.
Di
balik pohon beringin tepat di belakang hana sedang duduk ada sesuatu yang
bergerak-gerak. Srek..srek.. daun- daun bergoyang.hana ketakutan ia sadar
dirinya sedang diperhatikan oleh beberapa orang yang tidak ia kenal.
Dengan badan
gemetar, hana mengambil telepon genggamnya, ia mengrim pesan singkat pada yudi.
Ps: yud kamu dimana, kamu masih sibuk aku di sini
masih menunggumu.
Tak
ada balasan. Dikirimnya pesan singkat lagi, acap kali dia mengrim pesan kepada
yudi saking ketakutanya. Tiba-tiba sebuah hantaman keras dari belakang menusuk
punggungnya. Pandangan matanya gelap, nafasnya sesak dan dunia gelap.
Sementara
itu pukul 20.00 wib di rumahnya yudi baru selesai mandi, lalu menghempaskan
badanya ke pembaringan. Yudi tiba-tiba ingat hana.”apakah benar hana
menunggunya”?tapi tidak mungkin sekarangkan sudah malam, seharusnya ia sekarang
sudah di rumah pikir yudi.
Kemudian
ia bangun dan meraih telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja.ia
mengaktifkannya, trtrtttt……trtrrttttt….trtttttttrrrr begitu banyak pesan
singkat masuk semua pesan itu datang dari hana, dengan hati-hati yudi membaca
satu persatu pesan tersebut.
Ps:
yudi kamu dimana? Cepat kesini yud, kamu jadi jemput aku kan?
Ps:
yud..kamu dimana? Aku takut yud!
Ps:
yudi aku butuh kamu disini yud, aku tak bisa kemana-mana,
Ps:
yud apakah kau masih sibuk sehingga tak bisa menemuiku?
Ps:
yudi walaupun kamu berubah pada ku tapi aku akan tetap menunggumu, tapi aku
ketakutan yud dari tadi ada orang yang memperhatiakanku aku takut yud, aku
butuh kaumu disini, yud…
Yudi
tesentak, kemudian ia mencoba menghubungi hana, tak ada jawaban, hanya operator
yang menjawabnya. Tanpa pikir panjang kemudian yudi segara mengambil kunci
motornya dan bergegas pergi ketempat dimana ia berjanji bertemu dengan
hana.tapi sepi tak ada siapapun yang di sana. Kemudian ia bergegas pergi
kerumah hana. Pemandangan asing di depan mata yudi karena banyak sekali orang
di rumah hana, dalam hati yudi terus bertanya, ada apa ini? Di gerbang rumah
hana ia melihat bendera kuning. Hatinya berdebar, mungkinkah oarng tua hana
meninggal atau..akh…apa yang kupikirkan sela yudi.
Ia
melangkah perlahan di depan pintu rumah hana, yudi melihat ayah dan idu hana
menangis ter isak-isak, lalu ia bertanya pada bapak-bapak yang lewat di
depannya, siapa meninggal pak?bapak itu menatap yudi sejenak dengan tatapan
aneh lalu menjawap lirih”anak bapak zainal meniggal,ia dirampok dan kena tusuk
dari belakang mengenai ke jantungnya dan meninggal di tempat, lalu mayatnya
ditemukan di bawah jembatan di taman, lalu dibawa polisi kesini sekitar pukul
delapan tadi, itu lho hana anak nya yang ke dua. Mendengar nama hana yudi langsung merasa lemah
lututnya tak bisa bergerak kaku bibirnya tak bisa mengeluarkan kata-kata.
Trrtrrr…..trrttrttt…trrtt…telepon
genggamnya bergetar, dengan tetesan air mata ia membaca pesan itu.
Ps: yudi sekarang sudah malam, tapi aku akan tetap
menunggumu karena kita telah berjanji untuk saling setia menunggu. Kamu masih
ingatkan janji kita dulu, dan aku ingin selalu menenepati janji itu. Di sini
aku menunggumu, di tempat hari jadi kita dulu, di tempat di mana kita pertama
bertemu, happy aniversery yudi aku akan selalu mencintaimu.
Air
mata tak dapat dibendung yudi ia lupa akan hari ini hari jadian mereka, dengan
hati yang remuk ia menatap tubuh kaku hana di pembarungan terakhirnya. Dalam
hati ia mengutuk diri karena telah menyia-nyiakan hana dan tidak menepati janji
mereka dulu. Sekarang semuanya telah berakhir, hana telah pergi.
Dengan
lirih ia berkata dalam hati”hana maafkan aku, karena aku mengecewakanmu,
membuat hatimu sakit, aku mencintaimu.
Setahun
telah berlalu, yudi tak akan pernah melupakan hana, hari ini tepat hari jadian
mereka, yudi pergi ke bawah jembatan dimana mayat hana ditemukan, sambil
meletakkan setangkai bunga mawar ia berkata”aku mencintaimu hana, sampai
kapanpun, semoga kau bahagia disana, maafkan aku tak bisa menjagamu”. Setetes
air mata pun jatuh di sudut mata yudi.
Sumbang 12 untuak anak gadih minang
Ketahuilah nak, kok indak dek buku tiok rueh, indak sambilu
malampisi, haram baguno buluah bambu, mako baitu juo parampuan, nan manjadi
rueh jo buku di dirinyo indak lah lain indak lah bukan sapado dari budi,
sadangkan sambilunyo adolah malu. Parampuan indak babudi ibarat bambu indak ba
rueh, alun tasingguang nyo lah ratak, baru tagisia nyo lah pacah, parampuan tak
punyo malu bak buluah ilang sambilu, bangun lamah tanago rapuah, hilang kepribadian,
pupuih sumangek jati diri, tanpa power tanpa wibawa. Mangko kok budi lungga
indak ba pasak, malu tipih mangulik dasun, cayia lah martabat parampuan, abih
tuah binaso diri. Dek sabab karano itu nak, supayo iduik taguah ba rueh, nak
nyo ba tuah ba sambilu, jauahi pantang cilakonyo, sumbang duo baleh rang
namokan. Itulah timbangan akhlak, standar moral ukuran nilai, sapanjang adat
sopan santun.
Adopun nan dimukasuik jo kato sumbang, iyolah suatu laku
perbuatan, nan buruak tacacek tarcalo, tapi alun sampai kapado salah. Kato
padanan dari sumbang yaitu jangga, senjang ataupun sonsang. Atau istilah
populer masa kini “kurang etis”, bandel, norak jo urakan, kalau bahaso di
pasaran, kurang aja indak baradaik, bak baruak harago tigo tali, mantiko… ha,
ado sambuangannyo di ujuangnyo tu ah…na’udzubillah..
Nah… cubo ayah bilang ayah papakan :
Sumbang duduak. Duduak sopan bagi padusi iyolah
basimpuah, bukan baselo cando laki-laki, nan paliang tacacek bana kalau
mancanngkuang jo mancongkong sabalah lutuik batagakkan bak gaek duduak di
lapau. Kok duduak di bangku di kurisi, rapekkan paho arek2, manyampiang agak
salayang, nyampang mamakai rok singkek, usahlah kaki ditindiahkan, nak jan
tasimbah nampak sajo. Baitupun duduak di honda, dibonceang atau mambonceang, ijan
mangangkang abih2, manjajok dipandang urang. Itu sumbang duduak.
Sumbang tagak. Usah panagak tantang pintu atau di
janjang turun naiak, usah panagak tapi labuah kalau tak ado nan dinanti,
sumbang tagak jo laki-laki, apolai bukan jo muhrim, konon pulo ba rundiang-rundiang.
Sumbang jalan. Bajalan musti ba kawan, paliang
kurang jo paja ketek, kalau padusi bajalan surang, saibarat alang-alang lapeh, jatuah merek turun harago,
randah pandangan laki-laki. Usah bajalan ba gageh-gageh, malasau
mandongkak-dongkak, co ayam gadih ka batalua, usah… tapi bajalanlah siganjua
lalai, pado tampuah suruik nan labiah, alu tataruang patah tigo, samuik tapijak
indak mati, aratinyo lamah lambuik, gemulai tapi tegas, kok bajalan ba samo
gadang, jan babanja ma ampang labuah, agak’i urang di bulakang, kok bajalan jo
urang tuo atau jo urang laki-laki, awak ma iriang di bulakang, baitulah adat ka
dipakai.
Sumbang kato. Bakatolah jo lunak lambuik, duduak
kan etongan ciek-ciek, nak paham urang mukasuiknyo, sumbang bana dek parampuan
barundiang co murai batu bak aia sarasah tajun rumik lah urang mamiliahi, kalau
rang tuo sadang mangecek, pantang mamotong bicaronyo, nantikan dulu sudah2,
baru dijawab patuik dijawab, didakek urang sadang makan usah mangecek nan
kumuah2, pai manjanguak urang sakik usah carito urang mati, kurang baiak kurang
tapuji manunggu utang di nan rami, baitu ajaran sopan santun.
Sumbang caliak. Kurang taratik rang padusi kok
pamana pancaliak jauah, pamadok arah ka bulakang, pamatuik-matuik diri surang,
sumbang. Nyampang awak pai ba tandang, pajinak stek incek mato tu jan manjala
sapanuah ruang, sabantuak urang manyalidiak, kok awak manjadi tuan rumah, usah
pancaliak ka jam tangan, tasingguang urang sadang duduak, itu ma usia caro
aluih, mangecek jo laki-laki, bia dunsanak atau famili usah pamadok tanang2,
manantang bola matonyo, indak buliah… tapi buanglah pandang ka nan lain,
manakua caliak ka bawah.
Sumbang makan. Sumbang makan sambia badiri kunyah
kenyoh sapanjang jalan, manguyah tutuikkan muluik, jan tadanga capak dek urang,
sabab nan makan mancapak-capak, bangso si lupak jo si samuik, kuranglah sopan
jo taratik, kalau mahota sambia makan caro si bule dalam pilem. Kok awak makan
jo tangan, angkek nasi jo ujuang tangan, suok nan usah gadang2. manambuahkan
nasi agak2, bia acok asakan saketek, jan sampai piriang balanjuang, biasokan
mancuci tangan, manuangkan aia dalam piriang, jo kida manjambo galeh, minum
sataguak taguak ketek, tahan sandao jan nyo lapeh. Nyampang awak makan
basendok, jan balago sendok jo garpu, badariang kanai di gigi, dima salasai
makan beko, tungkuikkan sendok jo garapu, kalau lataknyo tatilantang tandonyo
makan alun kanyang ataupun kurang samalero, tasingguang urang punyo alek. Nah…
paratikan bana tu nak kanduang… jan randah pandangan urang.
Sumbang pakai. Babaju jan sampik2, nak jan nampak
rasio tubuah, dima bukik dima lurahnyo, dima taluak tanjuang baliku jadi
tontonan laki-laki, usah pulo talampau jarang, nan tipih nan tabuak pandang,
konon tasimbah ateh bawah, usah… Satantang mode jo potongan, sasuaikanlah jo
bantuak badan, sarasikan jo ragi kain, buliah sajuak pandangan mato. Dek kau
ayah nan manurun, kulik nan karak-karak anguih, mako warno piliah nan agak
amba, krem jadih, pucuak pun buliah, birunyo nan talua asin, putiahnyo nan
abu-abu, usah dipakai baju sirah piak, dendeng balado kecek urang, badoso umaik
karano awak. Katampek urang kamatian pakai nan polos warno galok, usah mamakai
baju pontong nan ponggeang nampak katiak, usah pulo babukak tenda mamakai gencu
taba2, kurang etis baso kininyo.
Sumbang karajo. Kakok karajo rang padusi sabateh
nan ringan2, nan mudah2, nan aluih2, manjaik jo manarawang, kadapua masak
mamasak manyusun paraboik rumah, kok ka sawah batanam jo basiang, manyabik atau
ma angin, tapi jan mabajak jo mairiak, baitupun karajo parak, sakadar marambah
manyisiak-nyisiak, mangulik manabang pisang, jangga bana dek rang padusi kalau
mamanjek bagayuik-gayuik manabang mangabuang kayu. Baitupun mamiliah profesi,
nan paliang cocok jadi guru, bidan elok salonpun buliah, jadi perawat rancak
juo, dikasir bidangnyo bana, tapi paralu ekstra hati-hati nak, kalau manjadi
sekretaris, jadi gaet ataupun artis, konon lai pulo pramugari, gawat piak…
gawat. Nah.. buliah manyupir tapi usah manjadi supir.
Sumbang tanyo. Ado papatah mangatokan, barundiang
sasudah makan, batanyo salapeh arak, aratinyo kok urang tibo batandang
sambuiklah baramah tamah, jo hormat silahkan duduak, sasudah itu latakkan aia
suruah minum, salasai minum agak sataguak, raso lah cukuik istirahat, baru
tanyokan mukasuiknyo, apo sangajo kadatangan, caro tata krama moderennyo “apa
yang bisa saya bantu”, mako.. kasa lah bana budi awak, alun ta acah ikuanyo
duduak, sambia tagak lalu batanyo, a tujuan datang kamari, indak buliah tu
nak.. indak buliah.. buruak angkuah namonyo awak. Salain nan dari pado itu, kok
tamu awak sadang makan, sumbanglah bana manayokan “bara harago bareh kini”
indak buliah tu, itu pantangan urang minangkabau tu, ciek lai, kalau bajalan
dalam hutan, usah batanyo isi rimbo, ula harimau jo biruang, indak buliah, kok masuak
ka kampuang banyak upeh, pantang batanyo ka urang lapau, lai mamak manjua
sabuak, atau mamintak tambah gulo stek mak, jan mati gadih kau dibueknyo piak,
indak buliah tu.
Sumbang jawab. Kalau ado urang batanyo, elok2
mambari jawab, jan sampai urang tasingguang, umpamo adolah urang ka babalanjo
batanyo ka tukang kain, tukang kain ko anak gadih ko, a katonyo “bisa tigo ribu
sameter piak ?” dijawab dek urang kadai “ampek ribu awak tarimo pak, baok
kamari bara ado”, tibo pulo tanyo nan lain “luntur ndak diak ?”, sambia
malengah nyo manjawab “pai batanyo ka pabrik pak, kami nan tau manjua an ko’,
itu jawab sengkang namonyo tu nak, buruk muncuang dilayan urang, cilako gadih
mudo matah, jauah jodoh tinggi rasaki, alamaik sansaro iduik awak, indak
buliah..
Sataruihnyo Sumbang
Bagaua. Indak buliah bagaua jo laki-laki kalau awak sajo padusi surang
mancampua bakeh nan banyak, sumbang bagaua samo gadang kalau bakumpua-kumpua
lalok batandang ka rumah urang kecuali ado keperluan, dek awak tu anak gadih,
sumbang bagaua jo paja ketek, sato manyuruak ba Kuciang-kuciang basimbang main
kalereang balari bakaja-kaja, atau awak masih pacaran bagaua lah sarupo laki
bini, ilia mudiak indak lakek lakang, sarupo jawi jo lapiak buruak, sumbang tu…
Iko sumbang nan pangabisan, namonyo Sumbang Kurenah. Adopun nan dimukasuik jo kurenah, iyolah galagat
pambaoan, sipaik tabiat jo parangai karakter kecek rang kini sikap mental caro
moderen. Kurang etis kurang lah patuik kalau babisiak baduo-duo sadangkan awak
sadang batigo, kurang lamak kurang lah elok malucu mambuek garah mahota
bakarikik an dalam manjanguak batakziah, indak buliah galak mancaliak urang
jatuah, indak buliah manutuik iduang di tangah urang rami, atau kuok mangango
laweh2, tamasuak juo sumbang kurenah, mangakok jo tangan kida, saumpamo
manjambo jo manampuang, manunjuak manyetop oto, malambai-lambai dari jauah,
kecuali manjambo galeh sadang makan. Indak pandai manenggang raso sumbang juo
tu namonyo, mako dari itu, kok awak mambali durian, kuliknyo usah dikaka nak,
jan serakkan bijo di laman, pikia kan urang di subalah, luko kaki lukolah
iduang luko di batin nan manyeso, badantiang tali silaturrahim…
Nah… itulah inyo sumbang duo baleh piak… susunan cati bilang
pandai buah ranungan candokio ayah nan utang manyampaikan, kok lai tapakai ta
amakan, mulialah diri dalam kampuang, tapuji di masyarakaik, kami lah sato jo
tuahnyo, tapi nyampang lalu indaknyo singgah, inggok nan haram tampek bakeh,
bak aia jatuah ka pasia, mako malanglah badan diri ayah, nasihat tabuang buruak
sajo..
(diambil dan ditulis ulang dari kaset “Pitaruah Ayah untuk
Remaja Putri” surahan Angku Yus Dt. Parpatiah)
Selasa, 09 April 2013
lirik lagu enda ungu "maafkan aku"
Am C G Dm
Tak bisa kulupa saat-saat indah bersama mu
Am C G Dm
Semua cerita mungkin kini hanya tinggal kenangan
Am C G Dm
Ku harus pergi meninggalkanmu di dalam sepiku
Am C G Dm
Bukan inginku tuk menyakiti perasaanmu
Am Em
Maafkan aku
Am C G Dm 2x
Am C G Dm
Maafkan aku yang tak bisa menunggu hatimu
Am C G Dm
Lupakan saja diriku untuk selama-lamanya
Am C G Dm
Kuharus pergi meninggalkanmu di dalam sepiku
Am C G Dm
Bukan inginku tuk menyakiti perasaanmu
Am Em
Maafkan aku
Chorus:
Am Em F
Tidurlah sayangku Mentari tlah menunggu
Am Em F G
Sambutlah pagi nanti dengan hati tersenyum
Am Em F
Bermimpilah cinta dengan segenap rasa
Am Em F G
Kini tibalah saatnya kita harus berpisah
[solo] Am G F 4x
[chorus]
Am Em F
Tidurlah sayangku Mentari tlah menunggu
Am Em F G
Sambutlah pagi nanti dengan hati tersenyum
Am Em F
Bermimpilah cinta dengan segenap rasa
Am Em F G
Kini tibalah saatnya kita harus berpisah
Am Em F
Maafkanlah aku yang tak bisa menunggu
Am Em F G
Lupakan saja diriku untuk selama-lamanya
Am Em F
aa haaa aaa huuuu
Am Em F
aa haaa aaa huuuu
Langganan:
Postingan (Atom)